Saturday, November 10, 2012

Baterai Gadet Dari Gula dan Garam

0 comments

Info sains ini masih berkaitan dengan listrik, yaitu alat untuk menimpan energe listrik (baterai). Tidak bisa disangkal bahwa kebutuhan akan baterai saat ini sangat tinggi, karena hampir semua gadget mulai dari handphone sampai tablet membutuhkan baterai sebagai sumber listrik. Saat ini baterai yang digunakan untuk gadget umumnya berbahan dasar lithium-ion. Baterai jenis itu punya kelemahan sebab lithium merupakan mineral jarang yang sebagian besar terdapat di Chili, Argentina, China, dan Australia. 

Bahan dasar tersebut yang menjadi salah satu alasan mengapa baterai gadget mahal.Untuk membuat baterai dengan harga lebih murah, ilmuwan mengeksplorasi material lain. Tim peneliti dari Tokyo University of Science yang dipimpin oleh Shinici Komaba menciptakan baterai berbasis natrium. Ion natrium digunakan sebagai katoda atau sebagai kutub positif dan karbon dari gula berperan sebagai anoda atau kubub negatif.

Ilmuwan membakar gula (sukrosa) dalam kondisi tanpa oksigen pada suhu 1.800-2.700 derajat Celsius. Proses ini akan menghasilkan karbon hitam berkualitas tinggi. Dengan proses ini, baterai sukrosa-sodium menyimpan energi 20 persen lebih banyak daripada baterai karbon biasa.

Memang masih butuh waktu untuk mengomersialisasikan baterai ini. Tetapi, jika berhasil diwujudkan, ada sisi positif yang bisa didapatkan. Manusia takkan kesulitan mendapatkan bahan baku baterai. Sodium bisa didapatkan di mana pun termasuk pada garam meja. Sementara jika tetap menggunakan lithium-ion, meski bisa didaur ulang, tetap punya keterbatasan.

Salah satu yang masih perlu dikembangkan pada baterai sodium adalah kemampuan untuk diisi kembali dayanya atau di-charge. Saat ini, kemampuannya masih lebih rendah dibandingkan baterai lithium. Menurut tim penelliti masih diperlukan waktu sekitar lima tahun untuk pengembangan baterai yang berbahan dasar sodium (garam) dan karbon dari gula.

Semoga usaha para peneliti cepat berhasil sehingga harga gadget menjadi lebih murah.....

sumber : Discovery 

Mendapatkan Listrik Dengan Mencolok Telinga

0 comments

Sumber listrik semakin dikembangkan untuk mengatasi krisis energi dimasa depan. Selain sumber listrik yang sudah dikenal luas, ada sumber listrik yang mungkin tidak anyak terpikirkan oleh kita yaitu listrik yang diambil dari sel-sel hidup. Penellitian untuk menjadikan sel sebagai sumber listrik sudah dimulai  dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Tina Stankovic, peneliti saraf dari Harvard University Medical School di Boston, Massachusets, adalah orang yang berusaha mengembangkannya.

Stankovic seperti dikutip New Scientist, Kamis (8/11/2012), mengatakan, "Kita telah mengetahui tentang potensial DC di telinga manusia sejak 60 tahun lalu, namun tak ada yang berusaha untuk memanfaatkannya." Listrik di telinga adalah akibat dari gradien elektrik di membran sel. 

Dengan chip elektronik yang memiliki beberapa elektroda kecil dengan hambatan rendah, Stankovik berupaya memanfaatkan. Selama ini, pemanfaatan terkendala sebab potensial listrik di sel telingan tergolong kecil.

Dalam penelitiannya, Stankovic mengimplantasikan chip ekektronik di telinga bagian dalam babi Guinea. Sementara, elektroda dihubungkan dengan membran sel koklea, bagian telinga yang berbentuk seperti rumah siput. Bersama chip, disematkan pula pemancar radio.

Pada awalnya, gelombang radio dibutuhkan. Namun akhirnya, gradien listrik yang ada di sepanjang membran sel berhasil dimanfaatkan untuk menghidupi pemancar radio selama 5 jam. Tes membuktikan bahwa pendengaran si babi Guinea tak terpengaruh.

Pengembangan masih diperlukan. Alat berfungsi baik pada jangka pendek. Tapi di jangka panjang, alat bisa merusak sensitifitas sel telinga. Tantangan ke depan, pengembangan elektroda yang lebih kecil. 

Stankovic menuturkan, apa yang dilakukannya adalah bukti bahwa energi dari makhluk hidup belum dipertimbangkan. "Pandangan yang sangat futuristik adalah, kita mungkin bisa mengekstrak energi dari sel masing-masing individu dengan desain yang sama."

Dimasa depan mungkin saja kita bisa mendapatkan energi listrik hanya dengan mencolok telinga ???? Atau penemuan ini akan sangat berguna bagi dunia kesehatan ????

New Scientist

Sunday, May 15, 2011

Militer Inggris Rancang Tank Tembus Pandang

0 comments
Perang di masa depan bakal makin menantang. Tak hanya senjata yang makin mematikan, perkembangan teknologi militer membuat apa yang dulu dianggap tak mungkin, jadi nyata.

Tank lapis baja dan pesawat tembus pandang, bahkan mungkin tentara tak kasat mata, segera dikirim ke medan perang.

Perusahaan senjata Inggris, BAE System saat ini sedang mengembangkan kendaraan perang dengan menggunakan teknologi khusus yang disebut "e-camouflage" yang akan menyebarkan semacam 'tinta elektronik' untuk membuatnya tak terlihat.

Bagaimana cara kerjanya? Seperti dimuat situs Telegraph, Rabu 19 Januari 2011, sensor elektronik canggih yang dilekatkan pada lambung tank akan memproyeksikan gambar dari lingkungan sekitar di bagian luar kendaraan.

Kamuflase elektronik ini memungkinkan kendaraan perang menyatu dengan lingkungan sekitar, seperti cumi-cumi yang menggunakan tintanya sebagai kedok.

Tak seperti kamuflase konvensional, gambar pada lambung akan menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, menjamin bahwa kendaraan selalu dalam kondisi menyamar.

BAE System bekerja sama dengan perusahaan Swedia yang tidak disebutkan namanya yang mencipyakan teknologi serupa ke layar e-ink di pembaca buku digital seperti Amazon Kindle dan Sony Reader.

BAE mengharapkan teknologi baru ini akan bisa digunakan digunakan di medan perang di selatan Afghanistan dan lokasi konflik di masa depan, setidaknya lima tahun mendatang.

Prototipe kendaraan ini akan dibuat dalam waktu empat tahun dan akan menjalani eksperimen operasional pada 2013.

Tank tembus pandang ini relatif ringan yakin memiliki berat 30 ton, berbahan bakar listrik. Meski demikian ia tak tak kalah tangguh dari tank lain yang saat ini berada di garis depan pertempuran.

Bentuknya yang lebih kecil juga untuk penghematan bahan bakar. Bandingkan dengan tank yang digunakan Inggris saat ini, Challenger 2, beratnya 62,5 ton, dan dijalankan dengan mesin diesel 1.200 hp V12.

Menciptakan kendaraan yang tak tergantung bahan bakar punya arti penting. Selain mahal, saat ini, bahan bakar yang digunakan oleh pasukan NATO dibawa ke medan perang dengan cara konvoi melalui jalanan yang sering jadi sasaran militan.

Konsep kendaraan tembus pandang dikembangkan sebagai bagian dari program Future Protected Vehicle, yang diyakini akan mengubah cara berperang di masa depan.

sumber

Mineral Tertua di Tata Surya Ditemukan

0 comments
Meteorit berusia 4,5 juta tahun yang ditemukan di Afrika mengandung salah satu mineral tertua di tata surya. Mineral itu dinamai Krotite berdasarkan nama Alexander N Krot, ahli kimia kosmos yang berkontribusi besar dalam menerangkan proses awal pembentukan tata surya.

Anthony Kampf, kurator Mineral Sciences at the Natural History Museum of Los Angeles County, mengungkapkan, "Ini adalah satu mineral yang belum pernah diketahui sebelumnya hingga kami menemukannya di sini. Sangat dramatis."

Krotite ditemukan di sebuah meteorit bernama NWA 1934 CV3 carbonaceous chondrite. Menurut ilmuwan, chondrite merupakan meteorit primitif sisa pembentukan planet. Sebagian besar meteorit yang ditemukan di dekat Bumi masuk dalam jenis ini.

Krotite terdiri dari unsur kalsium, aluminium, dan oksigen. Krotite terbentuk pada suhu 1.500 derajat celsius. Mineral itu diperkirakan terbentuk kala nebula terkondensasi dan planet terbentuk. Melihat temperatur pembentukannya, Kritite diperkirakan merupakan mineral tertua di tata surya.

Untuk menemukan mineral itu, ilmuwan menelaah butir meteorit berukuran 4 mm yang disebut "telur retak" karena penampakannya. Selain Krotite, ilmuwan memperkirakan masih ada mineral baru lainnya dalam sampel yang sama.

Pemimpin penelitian, Chi Ma, dari Caltech, mengatakan, "Meteorit ini sepertinya berasal dari asteroid di wilayah sabuk asteroid." Ia mengatakan, mempelajari mineral dalam meteorit itu bisa membantu memahami proses terbentuknya tata surya.

Penemuan mineral baru ini dipublikasikan dalam jurnal American Mineralogist edisi Mei-Juni tahun ini. Ilmuwan memperkirakan bahwa dalam sampel yang sama masih ada 8 mineral lain yang bisa ditemukan

sumber

Mobil Masa Depan Bisa Dikendalikan dengan Pikiran

0 comments
Jerman lagi-lagi membuat teknologi terobosan. Kali ini datang dari dunia otomotif. Tak mau kalah dengan pesawat terbang yang mempunyai fitur auto-pilot sebagai kemudi otomatis, sejumlah insinyur asal Freie Universität Berlin membuat mobil yang bisa dikontrol hanya dengan kekuatan pikiran.

Mungkinkah itu? Mungkin saja. Ini bukan kali pertama Freie Universität Berlin menghadirkan teknologi terobosan di bidang otomotif. Sebelumnya, kumpulan insinyur cerdas itu telah menciptakan mobil yang bisa dikendarai dengan bola mata. Terdengar mustahil dan sulit, namun ide tersebut benar-benar dikembangkan.

Para insinyur mengadopsi teknologi sensor baru yang mulai dipasarkan secara komersial: electroencephalograms (EEGs). Dengan teknologi ini, para ilmuwan meminta pengemudi untuk membayangkan kubus bergerak di dunia virtual. Pergerakan kubus itulah yang kemudian menentukan arah mobil bergerak ke kiri, kanan, akselarasi, dan rem. Hal ini bisa dilakukan dengan membedakan pola gelombang bioelektrik.

Dalam ujicoba kedua, para insinyur mencoba teknologi baru ini dengan jumlah mobil yang lebih besar. Sehingga, dapat diketahui apakah sensor EEG tetap dapat berfungsi baik atau tidak, terutama ketika menentukan arah persimpangan.

"Hasilnya, sopir yang dilengkapi dengan sensor EEG mampu mengendalikan mobil tanpa masalah. Isu yang muncul hanya sedikit keterlambatan atau jeda antara perintah pikiran dan respons mobil tersebut," kata Profesor Raul Rojas, kepala proyek Autonomos, yang dikutip VIVAnews dari TG Daily, Selasa 22 Februari 2011.

Namun, tim insinyur asal Jerman ini mengakui bahwa teknologi buatan Jerman dan piranti lunak BrainDriver yang dikembangkannya belum layak dipasarkan dan akan disempurnakan

sumber

Cara Membuat Mesin Waktu Telah Ditemukan

0 comments
Rahasia mesin waktu ternyata telah dapat terpecahkan. Setidaknya klaim ini diyakini oleh fisikawan dari Vanderbilt University, yakni Profesor Thomas Weiler dan rekannya Chui Man Ho.

Seperti dilansir dari situs LiveScience, kedua peneliti ini yakin bahwa mesin pemecah partikel terbesar, Large Hadron Collider (LHC) yang terletak di bawah tanah daerah Jenewa, bisa mendukung terciptanya mesin waktu.

Dengan mesin pemecah atom itu, kata Weiler dan Ho, manusia bisa mengirimkan sejenis partikel yang disebut Higgs singlet ke masa lalu atau ke masa depan.

"Teori kami memang masih jauh, tapi setidaknya teori ini tidak menyalahi hukum fisika manapun atau hambatan eksperimental," kata Weiler.

Teori ini sendiri didasari oleh M-Theory, atau teori segalanya. Teori yang bertujuan untuk menggabungkan semua gaya alamiah yang bisa menjelaskan segala sesuatu di alam semesta.

Higgs singlet sendiri tak bisa dipisahkan dengan Higgs boson. Higgs boson adalah partikel yang paling elementer dari sebuah benda, yang selama ini diyakini memberi massa kepada partikel lainnya.

Para pakar fisika teoritis telah mengembangkan M-theory ini pada kondisi di mana ia bisa mengkomodasi properti-properti semua gaya dan partikel sumatomik, termasuk gravitasi.

Teori ini tak cuma menggunakan empat dimensi seperti yang selama ini kita gunakan, melainkan membutuhkan 10-11 dimensi.

Selama ini mesin pemecah partikel LHC dibangun untuk menemukan Higgs boson. Bila Higgs boson berhasil ditemukan maka para ilmuwan yakin, bahwa ini akan sekaligus menciptakan Higgs singlet secara bersamaan.

Nah, Higgs singlet inilah yang diprediksi mampu meloncat-loncat ke ruang dan waktu yang berbeda. Ia dipercaya oleh Weiler dan Ho, bisa melakukan perjalanan melalui dimensi yang tersembunyi. untuk kemudian kembali masuk ke dimensi kita di masa depat, atau di masa lalu.

Oleh karenanya, kata Weiler, bila manusia bisa mengendalikan pembuatan Higgs singlets, ada kemungkinan kita bisa mengirimkan pesan ke masa lalu maupun ke masa depan. Namun, terlalu cepat untuk berfikir bahwa cerita seperti di film Back to the Future, bisa terwujud.

sumber

Peneliti Berhasil Produksi Sperma di Lab

0 comments
Sperma merupakan sel yang kompleks. Ekor, spiral mitokondria bagian tengah, kepala yang memiliki desain khusus sehingga mampu menembus bagian membran luar telur, merupakan hasil dari proses pengembangan yang sangat canggih di dalam testis.

Selama hampir satu abad, peneliti selalu gagal dalam menciptakan proses ini di lab. Namun kali ini peneliti telah semakin dekat. Mereka berhasil menumbuhkan testis dalam cawan dan menggunakan sperma yang diproduksi untuk membuahi tikus.

Menurut para peneliti, temuan ini berpotensi memperbaiki In Vitro Fertilization (IVF) dan teknik inseminasi buatan pada manusia.

Dalam pengujian, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Takehiko Ogawa, pakar reproduksi dari Yokohama City University, Jepang, mencopot testis milik tikus bayi yang baru berusia 2 atau 3 hari. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa testis tikus itu belum punya sperma yang berusia matang.

Peneliti kemudian menempatkan testis tersebut di cawan petri berisi media khusus yang mencakup komponen yang disebut KSR – sering digunakan untuk mengembangkan sistem sel embrio – dan kemudian memelihara testis itu agar tumbuh besar.

Setelah sekitar satu bulan, peneliti mendapati bahwa testis tersebut berkembang normal dan mulai memproduksi sperma. Testis ini juga sudah dimodifikasi sehingga mereka mengeluarkan warna kehijauan jika mereka sudah dewasa.

Saat peneliti mengekstrak sperma dari testis yang dipelihara di cawan tersebut dan menginseminasikannya ke tikus betina, tikus tersebut kemudian hamil dan melahirkan anak-anak tikus yang sehat. Adapun testis yang dipelihara tersebut tetap mampu memproduksi sperma hingga dua bulan kemudian.

Menggunakan metode yang sama, peneliti bahkan mampu memproduksi sperma dari testis muda yang telah dibekukan selama satu bulan.

Pada akhirnya, Ogawa dan timnya berharap, teknik mengangkat testis dan memelihara testis hingga tetap memproduksi sperma dengan normal ini juga bisa diterapkan pada manusia.

Meski demikian, masih banyak yang perlu dilakukan. Ogawa masih perlu mengamati metode di mana KSR mendorong pertumbuhan sperma yang sampai saat ini masih belum bisa diketahui. Selain itu, beralih ke pengujian pada testis manusia juga memiliki banyak tantangan.

sumber
older post